Ayat Renungan:
Amsal 6: 16-19, “Enam perkara ini yang dibenci TUHAN, bahkan, tujuh perkara yang menjadi kekejian bagi hati-Nya: mata sombong, lidah dusta, tangan yang menumpahkan darah orang yang tidak bersalah, hati yang membuat rencana-rencana yang jahat, kaki yang segera lari menuju kejahatan, seorang saksi dusta yang menyembur-nyemburkan kebohongan dan yang menimbulkan pertengkaran saudara.”
Kisah pembangunan Menara Babel memiliki sejarah yang menarik. Orang-orang di zaman itu berhasrat ingin membangun menara Babel yang menjulang tinggi sampai ke langit. Tapi kita tahu akhir dari kisah ini, Tuhan justru mengacaukan bahasa mereka sehingga pembangunan tidak terjadi. Tahukah bahwa ini adalah akibat dari kesombongan manusia.
Ada juga kisah kesombongan yang lain di dalam Alkitab yaitu ketika Lucifer mengangkat dirinya sebagai putra Fajar. Kesombongan ini akhirnya membuat Tuhan bertindak dan membuangnya ke bumi.
Tahukah Anda kenapa kesombongan itu begitu membuat Tuhan murka? Amsal 6: 16-19 menyampaikan hal ini, “Enam perkara ini yang dibenci TUHAN, bahkan, tujuh perkara yang menjadi kekejian bagi hati-Nya: mata sombong, lidah dusta, tangan yang menumpahkan darah orang yang tidak bersalah, hati yang membuat rencana-rencana yang jahat, kaki yang segera lari menuju kejahatan, seorang saksi dusta yang menyembur-nyemburkan kebohongan dan yang menimbulkan pertengkaran saudara.”
Tuhan menentang keinginan hati manusia yang berisi kesombongan karena biasanya orang-orang ini merasa bisa melakukan apapun tanpa Tuhan dan selalu berpikir mampu melakukan apapun dengan kekuatannya sendiri. Apakah kita pernah terjebak di dalam sikap ini? Berhati-hatilah karena Tuhan membenci orang-orang yang sombong!
Jadi, kita perlu memeriksa hati kita dari setiap kecenderungan untuk menjadi apapun yang kita inginkan; salah satunya ketika kita ingin menyerupai Tuhan dan merasa paling baik sehingga tidak lagi butuh berdoa atau merenungkan firman Tuhan.
Mari menyikapi apa yang Tuhan Yesus sampaikan di dalam Lukas 14: 7-11. Dengan tegas Dia mengingatkan agar kita memposisikan diri sebagai orang-orang yang rendah hati. Karena orang yang rendah hati sedang mengizinkan Tuhan untuk mengangkatnya dan mengizinkan tangan Tuhan bekerja atas persoalan hidupnya. Orang yang rendah hati juga menjadi pengakuan tulus bahwa kita terbatas dan Tuhan tidak.
Kabar baiknya, orang-orang yang memiliki kerendahan hati akan diizinkan Tuhan untuk mendapatkan promosi dan berkat yang tidak terkira. Jadi hari ini maukah kita memilih jadi pribadi yang rendah hati? Mulailah dengan sikap hidup yang benar terhadap orang lain, misalnya mendahulukan kepentingan orang lain lebih dulu, mempersilahkan orang lain untuk duduk lebih dulu, memberi hormat atau pujian kepada orang lain lebih dulu. Kita tidak lagi bicara tentang diri kita tetapi tentang orang lain.
Action: Dalam satu minggu ke depan, kita bisa mempraktekkan renungan pagi ini dalam kehidupan kita. Coba periksa apakah masih ada bibit kesombongan yang berakar dalam diri kita, lalu mulailah mengambil langkah untuk memeranginya dengan Amsal 6: 16-19 dan coba tumbuhkan kerendahan hati melalui tindakanmu.
Ayat Hafalan: Matius 22: 37-38, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.”